Pengertian Manajerial
Manajerial berasal dari kata manager yang berarti pimpinan. Manajerial merupakan kegiatan pimpinan suatu organisasi menjalankan berbagai aktivitas di dalamnya. Fattah (1999) menjelaskan bahwa praktek manajerial adalah kegiatan yang di lakukan oleh manajer. Untuk menjalankan manajerial, pimpinan mempersyaratkan keterampilan (skill). Menurut Siagian (1996) mengemukakan bahwa “Manajerial skill adalah keahlian menggerakan orang lain untuk bekerja dengan baik.”
Kemampuan manajerial sangat berkaitan erat dengan manajemen kepemimpinan yang efektif, karena sebenarnya manajemen pada hakekatnya adalah masalah interaksi antara manusia baik secara vertikal maupun horizontal oleh karena itu kepemimpinan dapat dikatakan sebagai perilaku memotivasi orang lain untuk bekerja kearah pencapaian tujuan tertentu
Sifat-sifat manajerial yang dimiliki seseorang, khususnya kepala sekolah akan sangat membantu untuk mengelola pendidikan. Hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Keberhasilan kepala sekolah mengelola pendidikan sangat dipengaruhi oleh berbagai variabel, di antaranya adalah pengetahuan manajemen kepala sekolah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Handoko (1996) bahwa apabila seorang manajer mempunyai pengetahuan dasar manajemen dan mengetahui cara menerapkannya pada situasi yang ada, dia akan dapat melakukan fungsi-fungsi manajerial dengan efisien dan efektif.
Fungsi manajerial dapat terlaksana dengan efisien dan efektif apabila semua aspek manajemen dapat terlaksana dengan baik. Beberapa pakar manajemen seperti Steers, Ungson, dan Mowday (1985), Bartol and Martin (1994),Moorhead and Griffin (1995), Robbins and Coulter(1996), menyatakan bahwa manajemen adalah proses pencapaian tujuan organisasi dengan melakukan lima fungsi utama dari manajeman yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, kepemimpinan dan pengawasan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan manajerial adalah kemampuan untuk menggerakan orang lain dalam memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Ukuran seberapa efisien dan efektifnya seorang manajer adalah seberapa baik dia menetapkan rencana dalam mencapai tujuan yang memadai, kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi. Fungsi-fungsi manajerial tersebut dijabarkan sebagai berikut.
2.3.1 Perencanaan
Perencanaan (planning) adalah fungsi manajemen yang melibatkan, menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana cara terbaik untuk mencapainya. Fungsi ini juga termasuk mengingat apa yang harus dilakukan oleh seorang kepala sekolah untuk mendorong tingkat perubahan yang diperlukan dan berinovasi. Hal ini
seperti yang diyatakan oleh Steers,Ungson dan Mowday (1985) “planning is the process by managers define goals and take necessary steps to ensure that goals are achieved.” Perencanaan muncul dari pengenalan intervensi yang dibutuhkan untuk membawa perubahan dari masa sekarang menuju keinginan masa datang.Menurut Cunningham (1982) perencanaan dibagi menjadi dua yaitu: perencanaan strategis dan perencanaan operasional. Perencanaan strategis sebagai “doing the right things”, sedangkan perencanaan oprasional disebutkan sebagai “doing things right”. Untuk itulah dalam perencanaan strategis dituntut melakukan sesuatu yang benar misalnya, menentukan misi, tujuan, perubahan dan pengembangan.
Menurut Manullang (1992) dan Syamsi (1994) suatu perencanaan yang baik mengandung unsur-unsur yakni : 1) What (apa), apa yang akan dilakukan sehingga perlu direncanakan, 2) Why (mengapa), apa alasan hal tersebut direncanakan, 3) Who (siapa), siapa pelaksananya, 4) Where (dimana): dimana tempat pelaksanaan kegiatan tersebut, 5) When (kapan); bilamana kegiatan tersebut dilaksanakan, 6) How (bagaimana); bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan.Di dalam perencanaan dituntut kerjasama yang baik. Kerjasama yang baik diperlukan untuk rencana dilaksanakan. Jadi, perencanaan harus memiliki dukungan dari pemimpin tertinggi, yang bertanggung jawab untuk menciptakan struktur yang kondusif mendukung implementasi perencanaan; Selanjutnya ada beberapa karakteristik perencanaan menurut Steers,Ungson dan Mowday (1985) yaitu: 1) Perencanaan adalah sebuah proses. Perencanaan yang efektif secara alami tidak mempunyai titik akhir dan secara terus-menerus dimonitor.Sebagai sebuah proses, perencanaan meliputi sistem analisis dari
perubahan lingkungan dan mencakup sebuah pernyataan tentang kegiatan dan tujuan masa datang serta mekanisme perencanaan implementasi bagi pencapaian tujuan; 2) Perencanaan adalah suatu hal yang mendahului atau berorientasi pada masa yang akan datang. Perencanaan dibuat untuk mengantisipasi kecenderungan atau peristiwa yang akan datang. Jika ingin memastikan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang maka sangat perlu mendapatkan sumber-sumber yang pas sebagai tempat informasi; 3) Perencanaan meliputi satu set keputusan yang interdependen(saling ketergantungan).
Masalah yang kompleks sering dihasilkan oleh keputusan interdependen. Beberapa keputusan interdependen ini dapat menyebabkan masalah. Hal ini penting, karena itu perencanaan yang dilakukan pada bagian-bagian interdependen ini untuk memenuhi tujuan organisasi untuk meminimalisir konflik;4) Perencanaan melibatkan banyak orang. Untuk rencana yang berhasil, tim perencanaan harus bekerja secara efektif. Program perencanaan yang buruk sering disebabkan oleh komunikasi yang buruk antara orang-orang, ketidak-percayaan yang sangat tinggi di antara anggota organisasi, dan konflik yang mengganggu antara pihak-pihak yang terlibat; 5) Perencanaan melibatkan tindakan yang mengarah pada masa yang akan datang, tidak akan terjadi apabila tidak ada rencana yang dibuat. Selama bertahun-tahun orang memiliki rencana yang salah dimana lebih sering berpusat pada data atau informasi masa lalu. Asumsi data atau informasi masa lalu tersebut lebih sering tidak relevan untukjangka panjang. Perencanaan yang baik melibatkan tindakan atau intervensi yang mengarahkepada harapan yang diinginkan sesuai dengan standar yang diharapkan.
Berdasarkan karakteristik tersebut, dapat disimpulkan bahwa perencanaan (planning) yang baik adalah sebuah proses antisipasi, atau suatu hal yang berorientasi pada masa depan, khususnya dalam pendidikansuatu perencanaan harus menghasilkan suatu perbaikan, peningkatan dan pengembangan kehidupan, dan yang melibatkan banyak pihak dalam pengambilan keputusan interdependen, serta tindakan yang mengarah pada masa yang akan datang, dengan kemungkinan dapat terjadi atau tidak akan terjadi.
2.3.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian (organizing) adalah fungsi manajemen yang berfokus pada mengalokasikan dan mengatur sumber daya, sehingga rencana dapat dilakukan dengan sukses. Melalui fungsi ini kepala sekolah sebagai seorang manajer disekolah menentukan tugas-tugas yang harus dilakukan. Bagaimana tugas dan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik secara bekerjasama, dan bagaimana pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi berbagai unit yang membentuk struktur organisasi. Susunan pekerjaan dengan individu yang berhasil dapat melaksanakan rencana juga merupakan bagian dari fungsi pengorganisasian. Hadari (2000) menyatakan bahwa organisasi sebagai salah satu fungsi manajemen mewujudkan, memelihara/mempertahankan, mengembangkan dan meningkatkan kerjasama antar personal/anggota yang mewakili peranan unit/satuan kerja masing-masing dan kerjasama yang dilakukan dengan saling memberi informasi/data, keterangan, tukar pikiran, pendapat, pengalaman, penyampaian saran dan kritik yang sehat, rapat, diskusi, dan lain-lain dalam usaha melaksanakan tugas pokok organisasi agar berlangsung efektif dan efisien. Berdasarkan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa pengorganisasian yang baik dan benar adalah dengan 1) mengelompokkan
setiap tugas pekerjaan kedalam unit-unit kerja, 2) memberi tanggungjawab kepada anggota/personal sesuai dengan kemampuan masing-masing,dan 3) saling memberi informasi dan menjalin kerjasama antar unit kerja sehingga hasil yang diharapkan dapat terjadi secara efektif dan efisien.
2.3.3 Pelaksanaan program kegiatan
Rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Pelaksanaan atau penggerakan adalah fungsi manajemen yang melibatkan sejumlah orang, sebagai pelaksana dari perencanaan yang telah disusun sesuai dengan kebutuhan unit/satuan kerja yang dibentuk (Hadari, 2000). Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Dalam hal ini, Terry (1999) mengemukakan bahwa pelaksanaan(actuating)merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran- sasaran tersebut.
Berbagai kegiatan dalam pelaksanaan manajerial seperti pengarahan(commanding),bimbingan (directing), komunikasi (communication) dan koordinasi (coordination).Pelaksanaan atau pergerakkan meliputi: a) Pengarahan, yaitu usaha memberi perintah, saran dan instruksi agar tugas dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan; b) Membimbing yaitu usaha memberikan panduan dan pengarahan atas tugas yang diberikan; c) Koordinasi
adalah sebuah upaya menyatu padukan dan menyelaraskan dalam melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokkan sehingga semua tugas pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Pelaksanaan tugas pokok sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan dengan memperhatikan setiap arahan dan bimbingan agar dapat berjalan efektif, efisien dan terarah pada pencapaian tujuan organisasi. Pengarahan dan bimbingan harus diberikan secara terus-menerus oleh pimpinan/manajer.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah sebagai pimpinan/manajer di sekolah, dalam tugasnya selaku pelaksana atau penggerak yang baik harus mampu memberikan pengarahan dan bimbingan yang terus- menerus kepada bawahannya untuk menghasilkan kegiatan belajar-mengajar yang baik dan produk lulusan yang berkualitas/bermutu serta mampu berdaya saing.
2.3.5 Pengawasan
Pengawasan atau pengendalian (controlling) adalah fungsi manajemen yang bertujuan untuk mengatur kegiatan-kegiatan organisasi sehingga kinerja aktual sesuai dengan standar organisasi yang diharapkan dan sesuai sasaran. Untuk melakukan pengaturan yang diperlukan, manajer perlu untuk memantau kegiatan yang sedang berlangsung, bandingkan hasilnya dengan standar yang diharapkan atau kemajuan ke arah tujuan, dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan
kegiatan karyawan yang dikombinasikan dengan sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai sasaran yang ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Seperti yang di utarakan oleh Handoko (1999) proses pengawasan ada lima tahapan yakni : 1) penetapan standar pelaksanaan, 2) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, 3) pengukuran pelaksanaan nyata, 4) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi, 5) pengambilan tindakan korektif.
Definisi ini mengakui bahwa manajemen adalah suatu kegiatan yang berkelanjutan, memerlukan pencapaian tujuan penting, dan melibatkan pengetahuan bagaimana melakukan fungsi-fungsi utama manajemen.Sedangkan menurut Hadari (2000) menyatakan bahwa manajemen adalah rangkaian kegiatan menciptakan dan mengembangkan kegiatan yang efektif, efisien dan saling menunjang/mendukung agar eksistensinya memberi manfaat bagi kepentingan dan kebutuhan masyarakat diluar organisasinya. Pengawasan/pengendalian adalah pusat efektivitas kerja manajer dan organisasi. Steers, Ungson dan Mowday (1985) menyatakan“management control is a systematic effort to set performance standards with planning objectives, to design information feedback systems, to compare actual performance with these predetermined standards, to determine whether there are any deviations and to measure their significance, and to take any action required to assure that all corporate resources are being used in the most effective and efficient way possible in achieving corporate objectives.”Dapat dikatakan bahwa pengendalian dalam manajemen merupakan upaya sistematis untuk menetapkan standar kinerja dengan tujuan perencanaan, untuk merancang
sistem informasi umpan balik, membandingkan kinerja aktual dengan standar- standar yang telah ditentukan, menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikansi mereka, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan yang digunakan dalam cara yang paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan.
Beberapa pandangan tentang proses pengawasan/pengendalian dalam organsasi
(Newman,1975 dalam Steers, Ungson, Mowday, 1985), yaitu:
1) Pengawasan adalah sebuah gaya normal, menyeluruh, dan positif dalam organisasi. Semua orang, individu maupun kolektif, menggunakan sistem pengawasan untuk beberapa tingkatan, 2) Pengawasan/ pengendalian manajerial menjadi lebih efektif hanya apabila dapat memandu perilaku karyawan,3) Pengawasan/pengendalian yang sukses adalah yang berorientasi pada masa depan dan dinamis, tetapi tidak berfokus pada masa lalu, dan4) Pengawasan/pengendalian berkaitan dengan segala macam usaha manusia. Sistem pengawasan adalah sebagai suatu hal penting bagi organisasi-organisasi amal seperti untuk perusahaan-perusahaan multinasional besar.
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu proses melihat/mencermati apakah yang akan terjadi sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi. Pengawasan terdiri atas empat langkah, yaitu: (1) menetapkan suatu kriteria atau standar pengukuran/penilaian; (2) mengukur/menilai perbuatan (performance) yang sedang atau sudah dilakukan; (3) membandingkan perbuatan dengan standar yang ditetapkan dan menetapkan perbedaannya jika ada; dan (4) memperbaiki penyimpangan dari standar (jika ada) dengan tindakan pembetulan.
Berdasarkan pengertian tentang pengawasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengawasan yang baik adalah alat yang digunakan untuk melakukan tindakan pengamatan tentang pelaksanaan kegiatan, guna mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan.
Manulang (dalam Asrori, 2002) menyatakan, langkah-langkah pelaksanaanpengawasan meliputi: 1) menetapkan alat pengukur (standard);2) mengadakan penelitian (evaluate); 3) mengadakan tindakan perbaikan (corrective action). Sedangkan menurut Terry yang dialih bahasakan oleh Winardi ( dalam Asrori, 2002) mengemukakan bahwa dalam melakukan pengawasan diperlukan beberapa langkah sebagai berikut: (1) mengukur hasil pekerjaan; (2) membandingkan hasil pekerjaan dengan standar dan memastikan perbedaan (apabila ada perbedaan); (3) mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan perbaikan.
Sementara menurut Asrori (2002) ada lima langkah utama dalam melakukan pengawasan, yaitu: (1) Menetapkan tolok ukur, yaitu menentukan pedoman yang digunakan; (2) Mengadakan penilaian, yaitu dengan cara memeriksa hasil pekerjaan yang nyata telah dicapai; (3) Membandingkan antara hasi penilaian pekerjaan dengan yang seharusnya dicapai sesuai dengan tolok ukur yang teah ditetapkan; (4) Menginventarisasi penyimpangan dan atau pemborosan yang terjadi (bila ada); dan (5) Melakukan tindakan korektif, yaitu mengusahakan agar yang direncanakan dapat menjadi kenyataan.
Berdasarkan langkah-langkah dalam pengawasan tersebut, dapat dinyatakan bahwa kepala sekolah dalam melakukan pengawasan yang baik adalah dengan
meyusun sebuah alat ukuruntuk mengetahui tindakan korektif yang harus diberikan dalam pelaksanaan sebuah kegiatan. Semakin baik instrumen atau alat ukur yang digunakan maka akan semakin valid data pengawasan yang terkumpul. Alat ukur yang dibuat ini dapat diibaratkan sebagai alat pendiagnosa penyimpangan pelaksanaan. Melalui pengawasan akan terdeteksi di mana letak penyimpangan pelaksanaan suatu kegiatan pada perusahaan atau di suatu sekolah.
Manajerial berasal dari kata manager yang berarti pimpinan. Manajerial merupakan kegiatan pimpinan suatu organisasi menjalankan berbagai aktivitas di dalamnya. Fattah (1999) menjelaskan bahwa praktek manajerial adalah kegiatan yang di lakukan oleh manajer. Untuk menjalankan manajerial, pimpinan mempersyaratkan keterampilan (skill). Menurut Siagian (1996) mengemukakan bahwa “Manajerial skill adalah keahlian menggerakan orang lain untuk bekerja dengan baik.”
Kemampuan manajerial sangat berkaitan erat dengan manajemen kepemimpinan yang efektif, karena sebenarnya manajemen pada hakekatnya adalah masalah interaksi antara manusia baik secara vertikal maupun horizontal oleh karena itu kepemimpinan dapat dikatakan sebagai perilaku memotivasi orang lain untuk bekerja kearah pencapaian tujuan tertentu
Sifat-sifat manajerial yang dimiliki seseorang, khususnya kepala sekolah akan sangat membantu untuk mengelola pendidikan. Hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Keberhasilan kepala sekolah mengelola pendidikan sangat dipengaruhi oleh berbagai variabel, di antaranya adalah pengetahuan manajemen kepala sekolah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Handoko (1996) bahwa apabila seorang manajer mempunyai pengetahuan dasar manajemen dan mengetahui cara menerapkannya pada situasi yang ada, dia akan dapat melakukan fungsi-fungsi manajerial dengan efisien dan efektif.
Fungsi manajerial dapat terlaksana dengan efisien dan efektif apabila semua aspek manajemen dapat terlaksana dengan baik. Beberapa pakar manajemen seperti Steers, Ungson, dan Mowday (1985), Bartol and Martin (1994),Moorhead and Griffin (1995), Robbins and Coulter(1996), menyatakan bahwa manajemen adalah proses pencapaian tujuan organisasi dengan melakukan lima fungsi utama dari manajeman yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, kepemimpinan dan pengawasan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan manajerial adalah kemampuan untuk menggerakan orang lain dalam memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Ukuran seberapa efisien dan efektifnya seorang manajer adalah seberapa baik dia menetapkan rencana dalam mencapai tujuan yang memadai, kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi. Fungsi-fungsi manajerial tersebut dijabarkan sebagai berikut.
2.3.1 Perencanaan
Perencanaan (planning) adalah fungsi manajemen yang melibatkan, menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana cara terbaik untuk mencapainya. Fungsi ini juga termasuk mengingat apa yang harus dilakukan oleh seorang kepala sekolah untuk mendorong tingkat perubahan yang diperlukan dan berinovasi. Hal ini
seperti yang diyatakan oleh Steers,Ungson dan Mowday (1985) “planning is the process by managers define goals and take necessary steps to ensure that goals are achieved.” Perencanaan muncul dari pengenalan intervensi yang dibutuhkan untuk membawa perubahan dari masa sekarang menuju keinginan masa datang.Menurut Cunningham (1982) perencanaan dibagi menjadi dua yaitu: perencanaan strategis dan perencanaan operasional. Perencanaan strategis sebagai “doing the right things”, sedangkan perencanaan oprasional disebutkan sebagai “doing things right”. Untuk itulah dalam perencanaan strategis dituntut melakukan sesuatu yang benar misalnya, menentukan misi, tujuan, perubahan dan pengembangan.
Menurut Manullang (1992) dan Syamsi (1994) suatu perencanaan yang baik mengandung unsur-unsur yakni : 1) What (apa), apa yang akan dilakukan sehingga perlu direncanakan, 2) Why (mengapa), apa alasan hal tersebut direncanakan, 3) Who (siapa), siapa pelaksananya, 4) Where (dimana): dimana tempat pelaksanaan kegiatan tersebut, 5) When (kapan); bilamana kegiatan tersebut dilaksanakan, 6) How (bagaimana); bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan.Di dalam perencanaan dituntut kerjasama yang baik. Kerjasama yang baik diperlukan untuk rencana dilaksanakan. Jadi, perencanaan harus memiliki dukungan dari pemimpin tertinggi, yang bertanggung jawab untuk menciptakan struktur yang kondusif mendukung implementasi perencanaan; Selanjutnya ada beberapa karakteristik perencanaan menurut Steers,Ungson dan Mowday (1985) yaitu: 1) Perencanaan adalah sebuah proses. Perencanaan yang efektif secara alami tidak mempunyai titik akhir dan secara terus-menerus dimonitor.Sebagai sebuah proses, perencanaan meliputi sistem analisis dari
perubahan lingkungan dan mencakup sebuah pernyataan tentang kegiatan dan tujuan masa datang serta mekanisme perencanaan implementasi bagi pencapaian tujuan; 2) Perencanaan adalah suatu hal yang mendahului atau berorientasi pada masa yang akan datang. Perencanaan dibuat untuk mengantisipasi kecenderungan atau peristiwa yang akan datang. Jika ingin memastikan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang maka sangat perlu mendapatkan sumber-sumber yang pas sebagai tempat informasi; 3) Perencanaan meliputi satu set keputusan yang interdependen(saling ketergantungan).
Masalah yang kompleks sering dihasilkan oleh keputusan interdependen. Beberapa keputusan interdependen ini dapat menyebabkan masalah. Hal ini penting, karena itu perencanaan yang dilakukan pada bagian-bagian interdependen ini untuk memenuhi tujuan organisasi untuk meminimalisir konflik;4) Perencanaan melibatkan banyak orang. Untuk rencana yang berhasil, tim perencanaan harus bekerja secara efektif. Program perencanaan yang buruk sering disebabkan oleh komunikasi yang buruk antara orang-orang, ketidak-percayaan yang sangat tinggi di antara anggota organisasi, dan konflik yang mengganggu antara pihak-pihak yang terlibat; 5) Perencanaan melibatkan tindakan yang mengarah pada masa yang akan datang, tidak akan terjadi apabila tidak ada rencana yang dibuat. Selama bertahun-tahun orang memiliki rencana yang salah dimana lebih sering berpusat pada data atau informasi masa lalu. Asumsi data atau informasi masa lalu tersebut lebih sering tidak relevan untukjangka panjang. Perencanaan yang baik melibatkan tindakan atau intervensi yang mengarahkepada harapan yang diinginkan sesuai dengan standar yang diharapkan.
Berdasarkan karakteristik tersebut, dapat disimpulkan bahwa perencanaan (planning) yang baik adalah sebuah proses antisipasi, atau suatu hal yang berorientasi pada masa depan, khususnya dalam pendidikansuatu perencanaan harus menghasilkan suatu perbaikan, peningkatan dan pengembangan kehidupan, dan yang melibatkan banyak pihak dalam pengambilan keputusan interdependen, serta tindakan yang mengarah pada masa yang akan datang, dengan kemungkinan dapat terjadi atau tidak akan terjadi.
2.3.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian (organizing) adalah fungsi manajemen yang berfokus pada mengalokasikan dan mengatur sumber daya, sehingga rencana dapat dilakukan dengan sukses. Melalui fungsi ini kepala sekolah sebagai seorang manajer disekolah menentukan tugas-tugas yang harus dilakukan. Bagaimana tugas dan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik secara bekerjasama, dan bagaimana pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi berbagai unit yang membentuk struktur organisasi. Susunan pekerjaan dengan individu yang berhasil dapat melaksanakan rencana juga merupakan bagian dari fungsi pengorganisasian. Hadari (2000) menyatakan bahwa organisasi sebagai salah satu fungsi manajemen mewujudkan, memelihara/mempertahankan, mengembangkan dan meningkatkan kerjasama antar personal/anggota yang mewakili peranan unit/satuan kerja masing-masing dan kerjasama yang dilakukan dengan saling memberi informasi/data, keterangan, tukar pikiran, pendapat, pengalaman, penyampaian saran dan kritik yang sehat, rapat, diskusi, dan lain-lain dalam usaha melaksanakan tugas pokok organisasi agar berlangsung efektif dan efisien. Berdasarkan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa pengorganisasian yang baik dan benar adalah dengan 1) mengelompokkan
setiap tugas pekerjaan kedalam unit-unit kerja, 2) memberi tanggungjawab kepada anggota/personal sesuai dengan kemampuan masing-masing,dan 3) saling memberi informasi dan menjalin kerjasama antar unit kerja sehingga hasil yang diharapkan dapat terjadi secara efektif dan efisien.
2.3.3 Pelaksanaan program kegiatan
Rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Pelaksanaan atau penggerakan adalah fungsi manajemen yang melibatkan sejumlah orang, sebagai pelaksana dari perencanaan yang telah disusun sesuai dengan kebutuhan unit/satuan kerja yang dibentuk (Hadari, 2000). Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Dalam hal ini, Terry (1999) mengemukakan bahwa pelaksanaan(actuating)merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran- sasaran tersebut.
Berbagai kegiatan dalam pelaksanaan manajerial seperti pengarahan(commanding),bimbingan (directing), komunikasi (communication) dan koordinasi (coordination).Pelaksanaan atau pergerakkan meliputi: a) Pengarahan, yaitu usaha memberi perintah, saran dan instruksi agar tugas dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan; b) Membimbing yaitu usaha memberikan panduan dan pengarahan atas tugas yang diberikan; c) Koordinasi
adalah sebuah upaya menyatu padukan dan menyelaraskan dalam melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokkan sehingga semua tugas pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Pelaksanaan tugas pokok sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan dengan memperhatikan setiap arahan dan bimbingan agar dapat berjalan efektif, efisien dan terarah pada pencapaian tujuan organisasi. Pengarahan dan bimbingan harus diberikan secara terus-menerus oleh pimpinan/manajer.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah sebagai pimpinan/manajer di sekolah, dalam tugasnya selaku pelaksana atau penggerak yang baik harus mampu memberikan pengarahan dan bimbingan yang terus- menerus kepada bawahannya untuk menghasilkan kegiatan belajar-mengajar yang baik dan produk lulusan yang berkualitas/bermutu serta mampu berdaya saing.
2.3.5 Pengawasan
Pengawasan atau pengendalian (controlling) adalah fungsi manajemen yang bertujuan untuk mengatur kegiatan-kegiatan organisasi sehingga kinerja aktual sesuai dengan standar organisasi yang diharapkan dan sesuai sasaran. Untuk melakukan pengaturan yang diperlukan, manajer perlu untuk memantau kegiatan yang sedang berlangsung, bandingkan hasilnya dengan standar yang diharapkan atau kemajuan ke arah tujuan, dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan
kegiatan karyawan yang dikombinasikan dengan sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai sasaran yang ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Seperti yang di utarakan oleh Handoko (1999) proses pengawasan ada lima tahapan yakni : 1) penetapan standar pelaksanaan, 2) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, 3) pengukuran pelaksanaan nyata, 4) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi, 5) pengambilan tindakan korektif.
Definisi ini mengakui bahwa manajemen adalah suatu kegiatan yang berkelanjutan, memerlukan pencapaian tujuan penting, dan melibatkan pengetahuan bagaimana melakukan fungsi-fungsi utama manajemen.Sedangkan menurut Hadari (2000) menyatakan bahwa manajemen adalah rangkaian kegiatan menciptakan dan mengembangkan kegiatan yang efektif, efisien dan saling menunjang/mendukung agar eksistensinya memberi manfaat bagi kepentingan dan kebutuhan masyarakat diluar organisasinya. Pengawasan/pengendalian adalah pusat efektivitas kerja manajer dan organisasi. Steers, Ungson dan Mowday (1985) menyatakan“management control is a systematic effort to set performance standards with planning objectives, to design information feedback systems, to compare actual performance with these predetermined standards, to determine whether there are any deviations and to measure their significance, and to take any action required to assure that all corporate resources are being used in the most effective and efficient way possible in achieving corporate objectives.”Dapat dikatakan bahwa pengendalian dalam manajemen merupakan upaya sistematis untuk menetapkan standar kinerja dengan tujuan perencanaan, untuk merancang
sistem informasi umpan balik, membandingkan kinerja aktual dengan standar- standar yang telah ditentukan, menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikansi mereka, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan yang digunakan dalam cara yang paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan.
Beberapa pandangan tentang proses pengawasan/pengendalian dalam organsasi
(Newman,1975 dalam Steers, Ungson, Mowday, 1985), yaitu:
1) Pengawasan adalah sebuah gaya normal, menyeluruh, dan positif dalam organisasi. Semua orang, individu maupun kolektif, menggunakan sistem pengawasan untuk beberapa tingkatan, 2) Pengawasan/ pengendalian manajerial menjadi lebih efektif hanya apabila dapat memandu perilaku karyawan,3) Pengawasan/pengendalian yang sukses adalah yang berorientasi pada masa depan dan dinamis, tetapi tidak berfokus pada masa lalu, dan4) Pengawasan/pengendalian berkaitan dengan segala macam usaha manusia. Sistem pengawasan adalah sebagai suatu hal penting bagi organisasi-organisasi amal seperti untuk perusahaan-perusahaan multinasional besar.
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu proses melihat/mencermati apakah yang akan terjadi sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi. Pengawasan terdiri atas empat langkah, yaitu: (1) menetapkan suatu kriteria atau standar pengukuran/penilaian; (2) mengukur/menilai perbuatan (performance) yang sedang atau sudah dilakukan; (3) membandingkan perbuatan dengan standar yang ditetapkan dan menetapkan perbedaannya jika ada; dan (4) memperbaiki penyimpangan dari standar (jika ada) dengan tindakan pembetulan.
Berdasarkan pengertian tentang pengawasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengawasan yang baik adalah alat yang digunakan untuk melakukan tindakan pengamatan tentang pelaksanaan kegiatan, guna mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan.
Manulang (dalam Asrori, 2002) menyatakan, langkah-langkah pelaksanaanpengawasan meliputi: 1) menetapkan alat pengukur (standard);2) mengadakan penelitian (evaluate); 3) mengadakan tindakan perbaikan (corrective action). Sedangkan menurut Terry yang dialih bahasakan oleh Winardi ( dalam Asrori, 2002) mengemukakan bahwa dalam melakukan pengawasan diperlukan beberapa langkah sebagai berikut: (1) mengukur hasil pekerjaan; (2) membandingkan hasil pekerjaan dengan standar dan memastikan perbedaan (apabila ada perbedaan); (3) mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan perbaikan.
Sementara menurut Asrori (2002) ada lima langkah utama dalam melakukan pengawasan, yaitu: (1) Menetapkan tolok ukur, yaitu menentukan pedoman yang digunakan; (2) Mengadakan penilaian, yaitu dengan cara memeriksa hasil pekerjaan yang nyata telah dicapai; (3) Membandingkan antara hasi penilaian pekerjaan dengan yang seharusnya dicapai sesuai dengan tolok ukur yang teah ditetapkan; (4) Menginventarisasi penyimpangan dan atau pemborosan yang terjadi (bila ada); dan (5) Melakukan tindakan korektif, yaitu mengusahakan agar yang direncanakan dapat menjadi kenyataan.
Berdasarkan langkah-langkah dalam pengawasan tersebut, dapat dinyatakan bahwa kepala sekolah dalam melakukan pengawasan yang baik adalah dengan
meyusun sebuah alat ukuruntuk mengetahui tindakan korektif yang harus diberikan dalam pelaksanaan sebuah kegiatan. Semakin baik instrumen atau alat ukur yang digunakan maka akan semakin valid data pengawasan yang terkumpul. Alat ukur yang dibuat ini dapat diibaratkan sebagai alat pendiagnosa penyimpangan pelaksanaan. Melalui pengawasan akan terdeteksi di mana letak penyimpangan pelaksanaan suatu kegiatan pada perusahaan atau di suatu sekolah.
Social Plugin