Pendahuluan
Pengolahan data adalah bagian dari rangkaian kegiatan penelitian setelah pengumpulan data. Pada tahap ini data mentah/raw data yang telah dikumpulkan diolah atau dianalisis sehingga menjadi informasi yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Pengolahan data menggunakan teknik statistik dilakukan berdasarkan jenis variabel/data kategorik maupun numerik dapat dilakukan denga dua cara yaitu :
Contoh :
Tahapan analisis data secara manual adalah sebagai berikut:1
Tabel 1. Lembaran Kode
Sumber : Notoatmodjo (2010)1
Table 2. Contoh Kartu Kode
Sumber : Notoatmodjo (2010)1
Catatan:
Nomor adalah nomor pertanyaan masing-masing kotak (kolom) dengan kode-kode (huruf/angka) sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan coding adalah konsistensi dalam menentukan kategori, misalnya angka terendah untuk hal yang kurang baik, angka lebih tinggi untuk hal yang baik. Contohnya variabel Pendidikan yang paling baik adalah dapat bersekolah setinggi mungkin, karena dengan menuntut ilmu pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi memungkinkan seseorang lebih produktif, lebih bijaksana, mempunyai wawasan yang luas, pola pikir yang sistematik dan sistemik dan jejaring yang luas dan lain sebagainya, yang diperlukan pada era teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini. Jadi coding yang dibuat adalah 1=Pendidikan dasar, 2=Pendidikan Menengah dan 3=Pendidikan Tinggi. Contoh lain untuk variable anemia adalah 1=Anemia positif (Hb < 10g%) dan 2=Tidak Anemia (Hb ³ 10gr%).
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia
Berdasarkan tabel 1 di atas maka dapat diketahui tidak ada data yang missing karena dari 100 responden semuanya di entry dan di proses. Contoh lain dari variabel pendidikan dapat dilihat apada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden
Berdasarkan tabel 2 di atas maka dapat diketahui bahwa ternyata dari 100 responden yang ada hanya ada 85 responden yang di entry dan di proses, sehingga ada 15 responden yang missing.
Tabel 3. Tingkat Pendidikan Responden
Dari table 3 di atas terlihat bahwa ada 5 kategori, sedangkan yang dibuat hanya 4 kategori (Tingkat Pendidikan 1 – 4).
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia
Tabel 6. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden
Dari kedua tabel di atas dapat dilihat bahwa antara tabel 5 dan tabel 6 tidak konsisten dari jumlah responden. Total jumlah responden pada tabel 5 berjumlah 100 orang, sedangkan pada tabel 6 hanya 80 orang, jadi terdapat missing 20 responden.
Data adalah kumpulan huruf atau kata, kalimat atau angka-angka yang dikumpulkan melalui proses pengumpulan data. Data tersebut merupakan sifat dan karakteristik dari variabel yang diteliti.1
Variabel merupakan karakteristik yang nilai datanya bervariasi dari suatu pengukuran ke pengukuran berikutnya.3
Berdasarkan skala ukur, variabel terbagi menjadi empat jenis yaitu Nominal, Ordinal, Interval dan Ratio (NOIR) yang dapat dijelaskan sebagai berikut:1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Sedangkan untuk kepentingan analisis statistik, data/variabel terbagi menjadi dua jenis data yaitu data kategorik dan data numerik yang dapat dijelaskan sebagai berikut:2
Data/Variabel kategorik pada umumnya terdiri dari variabel dengan skala ukur nominal dan ordinal, sedangkan data/variabel numerik terdiri dari variabel dengan skala ukur interval dan rasio. Apakah data numerik dapat diubah menjadi data kategorik? Tentu saja bisa yaitu dengan melakukan pengelompokan atau diklasifikasi sesuai dengan acuan atau penelitian sebelumnya.
Contohnya: tekanan darah yang awalnya merupakan data numerik (kontinyu) dirubah menjadi data kategorik yang dikelompokan menjadi dua yaitu 1=hipertensi dan 2=tidak hipertensi. Pengelompokan ini berpatokan pada cut of point sesuai dengan teori yang ada, misalnya TD sistole > 130 mmHg dan diastole > 90 mmHg digolongkan hipertensi, atau dengan melihat kenaikan tekanan dari Sistole 30mmHg dan diastole 15 mmHg dari TD normal seseorang.
Contoh:
Contoh penyajian data kategorik dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Distribusi Penggunaan KB Menurut Metode Kontrasepsi
Kelebihan nilai mean:
Contoh mengukur nilai mean:
5 ibu hamil melakukan kunjungan ANC masing – masing 4 kali, 5 kali, 7 kali, 12 kali dan 20 kali.
Mean = =18,6 dibulatkan 19
Jadi rata-rata/mean kunjungan ANC = 19 kali. Hasil ini tentunya tidak dapat mewakili karena ada nilai ekstrimnya.
Prosedur memperoleh nilai median adalah:
BB lima orang ibu hamil (kg) : 46, 70, 53, 50, 61
Data diurutkan : 46, 50, 53, 61, 70
Posisi (5+1)/2=3
Mediannya adalah data yang urutannya ke 3 = 53.
Jika posisi diantara maka kedua nilai tersebut ditambahkan dan dibagi dua. Contohnya :
Data nilai Metlid enam mahasiswa : 70, 62, 100, 40, 88, 80
Data diurutkan : 40, 62, 70, 80, 88, 100
Posisi (6+1)/2 = 3,5
Median = (70+80)/2=75
Jadi 50% mahasiswa memperoleh nilai Metlid diatas 75 dan 50% memperoleh nilai Metlid kurang dari 75.
Dari data tersebut maka dapat disimpulkan mode/modus kunjungan bayi ke posyandu dalam setahun adalah 12.
Hubungan nilai Mean, Median dan Modus akan menentukan bentuk distribusi data:3
Contoh: umur lima orang mahasiswa non-regular tingkat satu : 18, 20, 18, 45, 30
Nilai terendah = 18, nilai tertinggi = 45
Range = nilai tertinggi dukurangi nilai terendah : 45-18= 27
Jadi range umur mahasiswa non regular tingkat satu adalah 27
Semakin besar nilai varian akan semakin bervariasi, karena satuan varian (kuadrat) yang tidak sama dengan satuan nilai pengamatan. Dari kondisi tersebut maka dikembangkan suatu ukuran variasi yang mempunyai satuan yang sama dengan satuan pengamatan yaitu standar deviasi. Standar deviasi merupakan akar dari varian. Rumusnya:
Semakin besar SD, semakin besar variasinya, apabila tidak ada variasi, maka SD = 0.
Untuk data numerik digunakan nilai mean, median, standar deviasi dan inter quartil range (IQR), minimal (distribusi normal), maka perhitungan nilai mean dan standar deviasi merupakan cara analisis univariat yang tepat. Jika dijumpai nilai ekstrim (distribusi data tidak normal), maka nilai yang tepat untuk digunakan adalah nilai median, modus dan IQR.
Contoh penyajian data numerik dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Distribusi Umur dan Lama Hari Rawat Pasien di RS X Tahun 2015
Sumber : Hastono (2007)2
Tabel 8. Hubungan Konsumsi Tablet Fe dan Kejadian Perdarahan Post Partum
Sumber : Modifikasi dari Notoatmojo (2010)1
Interpretasi:
Dari tabel diatas menunjukan bahwa dari 35 responden yang mengkonsumsi tablet Fe terdapat 20% yang mengalami perdarahan post partum, sedangkan dari 44 responden yang tidak mengkonsumsi tablet Fe lebih banyak yang mengalami perdarahan postpartum yakni sebesar 54%. Hasil uji statistik menunjukan nilai P 0,004 (< 0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna mengkonsumsi tablet FE dengan perdarahan post partum. OR (CI 95%) = 3,08 (1,2 – 6,7) artinya responden yang tidak mengkonsumsi tablet Fe selama hamil beresiko mengalami perdarahan post partum 3,08 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang mengkonsumsi tablet Fe.
Perlu dipahami bahwa meskipun secara statistik ditemukan ada hubungan secara bermakna antara kedua variabel, tidak menjamin kemungkinan bermakna pula secara klinis. Seperti diketahui bahwa semakin besar sampel yang dianalisis akan semakin besar menghasilkan kemungkinan berbeda / berhubungan secara bermakna. Dengan sampel besar perbedaan – perbedaan sangat kecil, yang sedikit atau bahkan tidak mempunyai manfaat secara substansi / klinis dapat berubah menjadi bermakna secara statistik. Dengan demikian peneliti yang melakukan analisis hendaknya jangan hanya melihat dari sudut pandang statistik saja, tetapi harus juga melihat dari segi kegunaan atau manfaat dari sisi klinis juga. 2, 4
Tabel 9. Model Awal Regresi Logistik Ganda antara Variabel Bebas dan Perancu dengan Pemberian ASI Eksklusif
* Signifikan
Berdasarkan tabel 9 di atas diperoleh bahwa diantara 7 variabel, hanya 3 variabel yang akan masuk ke dalam model yaitu frekuensi pemeriksaan kehamilan, pengetahuan dan paritas. Selanjutnya semua variabel yang masuk dalam model dianalisis secara bersama-sama. Variabel kandidat dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel yang nilai p-nya tidak signifikan (p>0,05) dikeluarkan dari model secara berurutan dimulai dari variabel dengan nilai p terbesar. Apabila setelah dikeluarkan diperoleh selisih OR variabel utama (frekuensi pemeriksaan kehamilan) antara sebelum dan sesudah variabel kovariat dikeluarkan lebih besar dari 10%, maka variabel tersebut dinyatakan sebagai perancu dan tetap berada dalam model.
Dari hasil analisis multivariabel dengan menggunakan analisis logistik ganda ternyata pengetahuan dan frekuensi pemeriksaan kehamilan merupakan faktor risiko utama pemberian ASI eksklusif (Tabel 10).
Tabel 10. Model Akhir Regresi Logistik Ganda antara Variabel Bebas dan Perancu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan tabel 10 terlihat bahwa OR pengetahuan yang paling besar nilainya. Dengan demikian di antara variabel yang memiliki hubungan dengan pemberian ASI eksklusif, variabel pengetahuan merupakan variabel yang paling berhubungan. Artinya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif yang baik akan meningkatkan pemberian ASI eksklusif sebanyak 4 kali. Demikian juga pemeriksaan kehamilan yang lebih sering akan meningkatkan pemberian ASI eksklusif sebanyak 4 kali.
Perlu dipahami bahwa meskipun secara statistik ditemukan ada hubungan secara bermakna antara kedua variabel, tidak menjamin kemungkinan bermakna pula secara klinis. Seperti diketahui bahwa semakin besar sampel yang dianalisis akan semakin besar menghasilkan kemungkinan berbeda / berhubungan secara bermakna. Dengan sampel besar perbedaan – perbedaan sangat kecil, yang sedikit atau bahkan tidak mempunyai manfaat secara substansi / klinis dapat berubah menjadi bermakna secara statistik. Dengan demikian peneliti yang melakukan analisis hendaknya jangan hanya melihat dari sudut pandang statistik saja, tetapi harus juga melihat dari segi kegunaan atau manfaat dari sisi klinis juga. 2, 4
Daftar Pustaka
Pengolahan data adalah bagian dari rangkaian kegiatan penelitian setelah pengumpulan data. Pada tahap ini data mentah/raw data yang telah dikumpulkan diolah atau dianalisis sehingga menjadi informasi yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Pengolahan data menggunakan teknik statistik dilakukan berdasarkan jenis variabel/data kategorik maupun numerik dapat dilakukan denga dua cara yaitu :
- Secara manual dengan tangan menggunakan bantuan alat kalkulator.
- Menggunakan komputer dengan aplikasi pengolahan data seperti Ms Excel, SPSS, Epi info, SAS Data Mining, Oracle data Mining dan lain sebagainya. Pengolahan data dalam penelitian kuantitatif dapat menggunakan aplikasi Maxqidata.
- Penyusunan data
- Memilih dan memasukan data yang diperlukan saja sesuai dengan tujuan penelitian
- Memilih data yang objektif
- Bila data yang dibutuhkan diperoleh dari teknik wawancara atau angket, maka harus dibedakan antara informasi yang dibutuhkan dengan kesan responden.
- Klasifikasi data
Contoh :
- Hipotesis penelitian:
- Kalsifikasi Data:
- Analisis data
- Pengolahan Data secara Manual
Tahapan analisis data secara manual adalah sebagai berikut:1
- Editing / Penyuntingan data : data yang sudah diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner atau alat ukur maupun teknik pengambilan data lainnya disunting apakah lengkap dan dapat menjawab pertanyaan penelitian dan atau memenuhi syarat untuk menguji hipotesis. Jika tidak lengkap, maka peneliti harus turun ke lapangan lagi dan melakukan pendataan ulang agar datanya lengkap.
- Coding/membuat lembaran kode (coding sheet) atau kartu kode (coding sheet): lembaran atau kartu kode berupa format yang terdiri dari table yang dibuat sesuai dengan data yang diambil dari alat ukur yang digunakan. Contoh lembaran kode dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Lembaran Kode
Nomor Responden | Nomor Pertanyaan | ||||
1 | 2 | 3 | 4 | Dst | |
001 | |||||
002 | |||||
003 | |||||
004 | |||||
005 | |||||
006 | |||||
dst |
Table 2. Contoh Kartu Kode
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 |
7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 |
13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 |
19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 |
25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 |
Catatan:
Nomor adalah nomor pertanyaan masing-masing kotak (kolom) dengan kode-kode (huruf/angka) sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
- Data Entry : mengisi kolom dengan kode atau kartu kode sesuai dengan jawabanmasing-masing pertanyaan
- Tabulasi data : yakni membuat tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.
- Pengolahan Data dengan Komputer
- Editing
- Apakah semua pertanyaan / pernyataan telah terisi secara lengkap.
- Apakah tulisannya cukup jelas terbaca
- Apakah jawaban yang ditulis relevan dengan pertanyaan yang diberikan
- Apakah jawaban responden konsisten antar pertanyaan. Misalnya pertanyaan usia dengan jumlah anak; usia reponden 18 tahun, dan jawaban jumlah anak 10 anak, jawaban tersebut tidak rasional dan tidak konsisten.
- Coding
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan coding adalah konsistensi dalam menentukan kategori, misalnya angka terendah untuk hal yang kurang baik, angka lebih tinggi untuk hal yang baik. Contohnya variabel Pendidikan yang paling baik adalah dapat bersekolah setinggi mungkin, karena dengan menuntut ilmu pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi memungkinkan seseorang lebih produktif, lebih bijaksana, mempunyai wawasan yang luas, pola pikir yang sistematik dan sistemik dan jejaring yang luas dan lain sebagainya, yang diperlukan pada era teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini. Jadi coding yang dibuat adalah 1=Pendidikan dasar, 2=Pendidikan Menengah dan 3=Pendidikan Tinggi. Contoh lain untuk variable anemia adalah 1=Anemia positif (Hb < 10g%) dan 2=Tidak Anemia (Hb ³ 10gr%).
- Entry
- Processing
- Cleaning
- Mengetahui adanya missing data
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia
Kejadian Anemia | Jumlah |
Ya | 30 |
Tidak | 70 |
Jumlah | 100 |
Berdasarkan tabel 1 di atas maka dapat diketahui tidak ada data yang missing karena dari 100 responden semuanya di entry dan di proses. Contoh lain dari variabel pendidikan dapat dilihat apada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan | Jumlah |
Dasar | 30 |
Menengah | 40 |
Tinggi | 15 |
Jumlah | 85 |
Berdasarkan tabel 2 di atas maka dapat diketahui bahwa ternyata dari 100 responden yang ada hanya ada 85 responden yang di entry dan di proses, sehingga ada 15 responden yang missing.
- Mengetahui variasi data
Tabel 3. Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan | Jumlah |
1 | 45 |
2 | 20 |
3 | 20 |
4 | 10 |
5 | 5 |
Jumlah | 100 |
Dari table 3 di atas terlihat bahwa ada 5 kategori, sedangkan yang dibuat hanya 4 kategori (Tingkat Pendidikan 1 – 4).
- Mengetahui Konsistensi Data
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia
Kejadian Anemia | Jumlah |
Ya | 30 |
Tidak | 70 |
Jumlah | 100 |
Tabel 6. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan | Jumlah |
Dasar | 30 |
Menengah | 40 |
Tinggi | 10 |
Jumlah | 80 |
Dari kedua tabel di atas dapat dilihat bahwa antara tabel 5 dan tabel 6 tidak konsisten dari jumlah responden. Total jumlah responden pada tabel 5 berjumlah 100 orang, sedangkan pada tabel 6 hanya 80 orang, jadi terdapat missing 20 responden.
- Analisis dan Jenis Data
Data adalah kumpulan huruf atau kata, kalimat atau angka-angka yang dikumpulkan melalui proses pengumpulan data. Data tersebut merupakan sifat dan karakteristik dari variabel yang diteliti.1
Variabel merupakan karakteristik yang nilai datanya bervariasi dari suatu pengukuran ke pengukuran berikutnya.3
Berdasarkan skala ukur, variabel terbagi menjadi empat jenis yaitu Nominal, Ordinal, Interval dan Ratio (NOIR) yang dapat dijelaskan sebagai berikut:1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
- Nominal
- Ordinal
- Interval
- Rasio
Sedangkan untuk kepentingan analisis statistik, data/variabel terbagi menjadi dua jenis data yaitu data kategorik dan data numerik yang dapat dijelaskan sebagai berikut:2
- Data Kategorik
- Data Numerik
- (1) Data diskrit merupakan data hasil dari perhitungan seperti jumlah anak, jumlah pasien tiap hari.
- (2) Data kontinyu merupakan hasil pengukuran seperti tekanan darah, Hb dan sebagainya.
Data/Variabel kategorik pada umumnya terdiri dari variabel dengan skala ukur nominal dan ordinal, sedangkan data/variabel numerik terdiri dari variabel dengan skala ukur interval dan rasio. Apakah data numerik dapat diubah menjadi data kategorik? Tentu saja bisa yaitu dengan melakukan pengelompokan atau diklasifikasi sesuai dengan acuan atau penelitian sebelumnya.
Contohnya: tekanan darah yang awalnya merupakan data numerik (kontinyu) dirubah menjadi data kategorik yang dikelompokan menjadi dua yaitu 1=hipertensi dan 2=tidak hipertensi. Pengelompokan ini berpatokan pada cut of point sesuai dengan teori yang ada, misalnya TD sistole > 130 mmHg dan diastole > 90 mmHg digolongkan hipertensi, atau dengan melihat kenaikan tekanan dari Sistole 30mmHg dan diastole 15 mmHg dari TD normal seseorang.
- Prosedur atau Jenis Analisis Data
- Analisis Univariat
- Data Kategorik
Contoh:
- Desa A: Wanita Usia Subur yang menggunakan KB hormonal 50% dan Non-hormonal 50%
- Desa B : Wanita Usia Subur yang menggunakan KB hormonal 90% dan Non-hormonal 10%
Contoh penyajian data kategorik dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Distribusi Penggunaan KB Menurut Metode Kontrasepsi
Jenis Kontrasepsi | Jumlah | % |
Pil | 25 | 22.1 |
Suntikan | 40 | 35.4 |
Susuk | 10 | 8.8 |
IUD | 15 | 13.3 |
MOW | 10 | 8.8 |
MOP | 5 | 4.4 |
Kondom | 2 | 1.8 |
Alami | 6 | 5.3 |
Jumlah | 113 | 100 |
- Data Numerik
- Ukuran tengah merupakan cerminan dari konsentrasi nilai-nilai hasil pengukuran. Berbagai ukuran dikembangkan untuk mencerminkan ukuran tengah tersebut. Ukuran tengah yang paling sering digunakan adalah mean, median dan modus.
- (1) Mean / average adalah ukuran rata-rata yang merupakan hasil dari jumlah semua nilai pengukuran dibagi oleh banyaknya pengukuran. Rumusnya dapat dilihat di bawah ini.
Kelebihan nilai mean:
- Mudah menghitungnya
- Sudah melibatkan seluruh data dalam perhitungan
- Sangat dipengaruhi nilai ekstrim baik ekstrim tinggi maupun rendah.
Contoh mengukur nilai mean:
5 ibu hamil melakukan kunjungan ANC masing – masing 4 kali, 5 kali, 7 kali, 12 kali dan 20 kali.
Mean = =18,6 dibulatkan 19
Jadi rata-rata/mean kunjungan ANC = 19 kali. Hasil ini tentunya tidak dapat mewakili karena ada nilai ekstrimnya.
- (2) Median
Prosedur memperoleh nilai median adalah:
- Data diurutkan dari nilai kecil ke besar
- Hitung posisi nilai median/tengah, rumusnya (n+1)/2
- Hitung nilai mediannya.
BB lima orang ibu hamil (kg) : 46, 70, 53, 50, 61
Data diurutkan : 46, 50, 53, 61, 70
Posisi (5+1)/2=3
Mediannya adalah data yang urutannya ke 3 = 53.
Jika posisi diantara maka kedua nilai tersebut ditambahkan dan dibagi dua. Contohnya :
Data nilai Metlid enam mahasiswa : 70, 62, 100, 40, 88, 80
Data diurutkan : 40, 62, 70, 80, 88, 100
Posisi (6+1)/2 = 3,5
Median = (70+80)/2=75
Jadi 50% mahasiswa memperoleh nilai Metlid diatas 75 dan 50% memperoleh nilai Metlid kurang dari 75.
- (3) Mode/Modus
Dari data tersebut maka dapat disimpulkan mode/modus kunjungan bayi ke posyandu dalam setahun adalah 12.
Hubungan nilai Mean, Median dan Modus akan menentukan bentuk distribusi data:3
- Jika nilai mean, median dan modus sama, biasanya distribusi datanya normal
- Jika nilai mean > median > modus, maka distribusi datanya menceng/miring ke kanan.
- Jika nilai mean < median < Modus, maka distribusi datanya menceng/miring ke kiri.
- Ukuran Variasi
- (1) Range
Contoh: umur lima orang mahasiswa non-regular tingkat satu : 18, 20, 18, 45, 30
Nilai terendah = 18, nilai tertinggi = 45
Range = nilai tertinggi dukurangi nilai terendah : 45-18= 27
Jadi range umur mahasiswa non regular tingkat satu adalah 27
- (2) Jarak Inter Quartil
- Kuartil I mencakup 25% data berada di bawahnya dan 75% data berada di atasnya.
- Kuartil II merupakan nilai median mencakup 50% data berada di bawahnya dan 50% data berada di atasnya.
- Kuartil III mencakup 75% data berada di bawahnya dan 25% data berada di atasnya.
- (3) Standar Deviasi
Semakin besar nilai varian akan semakin bervariasi, karena satuan varian (kuadrat) yang tidak sama dengan satuan nilai pengamatan. Dari kondisi tersebut maka dikembangkan suatu ukuran variasi yang mempunyai satuan yang sama dengan satuan pengamatan yaitu standar deviasi. Standar deviasi merupakan akar dari varian. Rumusnya:
Semakin besar SD, semakin besar variasinya, apabila tidak ada variasi, maka SD = 0.
Untuk data numerik digunakan nilai mean, median, standar deviasi dan inter quartil range (IQR), minimal (distribusi normal), maka perhitungan nilai mean dan standar deviasi merupakan cara analisis univariat yang tepat. Jika dijumpai nilai ekstrim (distribusi data tidak normal), maka nilai yang tepat untuk digunakan adalah nilai median, modus dan IQR.
Contoh penyajian data numerik dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Distribusi Umur dan Lama Hari Rawat Pasien di RS X Tahun 2015
Variabel | Mean | Median | SD | Minimal -Maksimal |
Umur | 30,2 | 31,1 | 10,1 | 12 – 60 |
Lama Hari Rawat | 10,1 | 17,0 | 8,9 | 2 – 60 |
- Analisis Bivariat
- Analisis proporsi atau presentase dengan membandingkan distribusi silang antara dua variabel yang bersangkutan.
- Hasil analisis dari uji statistik (chi square test, Z test, t test, Pearson, dsb) dapat disimpulkan ada / tidaknya hubungan, korelasi, perbedaan antara kedua variabel tersebut. Bisa saja terjadi secara persentase berhubungan tetapi hasil uji statistik tidak bermakna.
- Analisis keeratan hubungan antara kedua variabel tersebut dengan melihat Odd Ratio (OR). Besar kecilnya nilai OR menunjukan seberapa erat hubungan kedua variabel, demikian juga rentang OR dibawah angka 1 = faktor protektif dan > 1 = sebagai faktor risiko.
Tabel 8. Hubungan Konsumsi Tablet Fe dan Kejadian Perdarahan Post Partum
Konsumsi Tablet Fe | Perdarahan Post Partum | Total | Nilai P | OR(IK 95%) | |
Ya | Tidak | ||||
Ya | 7 (20%) | 28 (80%) | 35 (100%) | 0,004 | 3,08 (1,2 –6,7) |
Tidak | 24 (54%) | 20 (45,5%) | 44 (100%) | ||
Total | 31 (39,2%) | 48 (60,8%) | 79 (100%) |
Interpretasi:
Dari tabel diatas menunjukan bahwa dari 35 responden yang mengkonsumsi tablet Fe terdapat 20% yang mengalami perdarahan post partum, sedangkan dari 44 responden yang tidak mengkonsumsi tablet Fe lebih banyak yang mengalami perdarahan postpartum yakni sebesar 54%. Hasil uji statistik menunjukan nilai P 0,004 (< 0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna mengkonsumsi tablet FE dengan perdarahan post partum. OR (CI 95%) = 3,08 (1,2 – 6,7) artinya responden yang tidak mengkonsumsi tablet Fe selama hamil beresiko mengalami perdarahan post partum 3,08 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang mengkonsumsi tablet Fe.
Perlu dipahami bahwa meskipun secara statistik ditemukan ada hubungan secara bermakna antara kedua variabel, tidak menjamin kemungkinan bermakna pula secara klinis. Seperti diketahui bahwa semakin besar sampel yang dianalisis akan semakin besar menghasilkan kemungkinan berbeda / berhubungan secara bermakna. Dengan sampel besar perbedaan – perbedaan sangat kecil, yang sedikit atau bahkan tidak mempunyai manfaat secara substansi / klinis dapat berubah menjadi bermakna secara statistik. Dengan demikian peneliti yang melakukan analisis hendaknya jangan hanya melihat dari sudut pandang statistik saja, tetapi harus juga melihat dari segi kegunaan atau manfaat dari sisi klinis juga. 2, 4
- Analisis Multivariat
Tabel 9. Model Awal Regresi Logistik Ganda antara Variabel Bebas dan Perancu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Variabel | Koefsien (β) | SE | Nilai p | OR | IK 95 % (OR) |
Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan | 1,530 | 0,422 | 0,000 | 4,61 | 2,02-10,55* |
Konseling Laktasi | -0,172 | 0,453 | 0,705 | 0,84 | 0,34-2,04 |
Pengetahuan | 1,476 | 0,458 | 0,001 | 4,37 | 1,78-10,73* |
Pendidikan | 0,147 | 0,500 | 0,769 | 1,15 | 0,43-3,08 |
Pekerjaan | -0,501 | 0,692 | 0,469 | 0,60 | 0,15-2,35 |
Paritas | 0,715 | 0,421 | 0,090 | 0,04 | 0,89-4,66* |
Tingkat Pendapatan Keluarga | 0,142 | 0,416 | 0,733 | 1,15 | 0,51-2,60 |
Berdasarkan tabel 9 di atas diperoleh bahwa diantara 7 variabel, hanya 3 variabel yang akan masuk ke dalam model yaitu frekuensi pemeriksaan kehamilan, pengetahuan dan paritas. Selanjutnya semua variabel yang masuk dalam model dianalisis secara bersama-sama. Variabel kandidat dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel yang nilai p-nya tidak signifikan (p>0,05) dikeluarkan dari model secara berurutan dimulai dari variabel dengan nilai p terbesar. Apabila setelah dikeluarkan diperoleh selisih OR variabel utama (frekuensi pemeriksaan kehamilan) antara sebelum dan sesudah variabel kovariat dikeluarkan lebih besar dari 10%, maka variabel tersebut dinyatakan sebagai perancu dan tetap berada dalam model.
Dari hasil analisis multivariabel dengan menggunakan analisis logistik ganda ternyata pengetahuan dan frekuensi pemeriksaan kehamilan merupakan faktor risiko utama pemberian ASI eksklusif (Tabel 10).
Tabel 10. Model Akhir Regresi Logistik Ganda antara Variabel Bebas dan Perancu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Variabel | Koefisien (β) | SE (B) | Nilai p | OR | IK 95% (OR) |
Pengetahuan | 1,459 | 0,394 | 0,00 | 4,30 | 1,98-9,31* |
Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan | 1,455 | 0,404 | 0,00 | 4,28 | 1,93-9,46 |
Berdasarkan tabel 10 terlihat bahwa OR pengetahuan yang paling besar nilainya. Dengan demikian di antara variabel yang memiliki hubungan dengan pemberian ASI eksklusif, variabel pengetahuan merupakan variabel yang paling berhubungan. Artinya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif yang baik akan meningkatkan pemberian ASI eksklusif sebanyak 4 kali. Demikian juga pemeriksaan kehamilan yang lebih sering akan meningkatkan pemberian ASI eksklusif sebanyak 4 kali.
Perlu dipahami bahwa meskipun secara statistik ditemukan ada hubungan secara bermakna antara kedua variabel, tidak menjamin kemungkinan bermakna pula secara klinis. Seperti diketahui bahwa semakin besar sampel yang dianalisis akan semakin besar menghasilkan kemungkinan berbeda / berhubungan secara bermakna. Dengan sampel besar perbedaan – perbedaan sangat kecil, yang sedikit atau bahkan tidak mempunyai manfaat secara substansi / klinis dapat berubah menjadi bermakna secara statistik. Dengan demikian peneliti yang melakukan analisis hendaknya jangan hanya melihat dari sudut pandang statistik saja, tetapi harus juga melihat dari segi kegunaan atau manfaat dari sisi klinis juga. 2, 4
Daftar Pustaka
- Notoatmodjo S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta; 2010.
- Hastono SP. Analisis Data Kesehatan, Basic Data Analysis for Health Research Training. Depok: Universitas Indonesia; 2007.
- Hastono SP, Sabri L. Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers; 2006.
- Dahlan S. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto; 2011.
- Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto; 2011.
- Riyanto A. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan; Dilengkapi COntoh kuesioner dan Laporan Penelitian. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.
- Satari MH, Wirakusumah FF. Konsistensi Penelitian. Bandung: Refika Aditama; 2011.
Social Plugin