Korelasi Parsial Menggunakan SPSS

Bacaan Selanjutnya ...
Korelasi dapat diartikan sebagai ukuran keeratan hubungan antar variabel. Dalam hal ini, untuk mengetahui keeratan satu variabel dengan variabel lainnya kita harus menggunakan paling tidak mempunyai satu variabel sebagai prediktor (independent atau bebes) yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjelaskan terjadinya variabel lainnya dan satu lagi variabel prediktan (dependent atau terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi atau tergantung oleh variabel lainnya

Sebagai contoh seorang petani padi tahun ini hasil panennya (dependent atau terikat) meningkat drastis dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. dalam hal ini kita harus meninjau terlebih dahulu penyebab meningkatnya hasil panen petani tersebut, yaitu mungkin saja dipengaruhi oleh terlalu banyaknya pupuk, pemberian pupuk yang standar (tidak terlalu banyak), banyaknya air, sinar matahari, perawatan seminggu sekali, dan lain sebagainya (independent atau bebas). Oleh karena itu petani tersebut sangat perlu memperhatikan akan adanya variabel lain yang dapat mempengaruhi hasil panennya meningkat pada saat menghitung keeratan hubungan dua variabel tertentu. Maka dalam ini kita menggunakan korelasi parsial

Korelasi parsial adalah korelasi yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel, dimana dalam hal ini terdapat variabel lain atau variabel ketiga yang konstan (variabel kontrol). seperti contoh di atas apakah padi dengan perawatan seminggu sekali berpengaruh dengan pemberian pupuk yang standar sehingga hasil panen petani bisa meningkat. jika iya, padi yang diberi pupuk standar maka berpengaruh pada perawatan pada padi tersebut sehingga hasil panennya bisa meningkat.

Contoh yang diaplikasikan dengan SPPS menggunakan data prestasi belajar siswa sebagai berikut:
Seorang mahasiswa pendidikan matematika universitas X melakukan penelitian dengan menerapkan sebuah model pembelajaran kooperatif, diharapkan dengan menerapkan model tersebut dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa sehingga prestasinya dapat meningkat. Variabel yang ia gunakan berupa: prestasi belajar, IQ siswa, motivasi belajar (variabel kontrol). Berikut data yang diperoleh dari 25 siswa.
Langkah-langkah pengolahan data dengan SPSS:
1. Buka aplikasi SPSS
2. Isi variabel view (ada di sebelah kiri bawah) yaitu: baris pertama pada kolom name ketik Prestasi, Type Numeric, kolom decimal rubah menjadi 0, label ketik Prestasi Belajar. kolom lain pada baris ini biarkan saja. 
3. baris kedua pada kolom name ketik IQ, Type Numeric, kolom decimal rubah menjadi 0, label ketik IQ Siswa. kolom lain pada baris ini biarkan saja.
4. baris ketiga pada kolom name ketik Motivasi, Type Numeric, kolom decimal rubah menjadi 0, label ketik Motivasi Belajar. kolom lain pada baris ini abaikan saja.
5. Bila sudah di isi langkah 2, 3, dan 4, terlihat seperti gambar berikut:
6. Selanjutnya klik data view (ada di sebelah kiri bawah atau disamping variabel view). jika sudah terbuka data viewnya, selanjutnya isi data prestasi, IQ, dan motivasi seperti di soal. 
7. Bila sudah di isi, selanjutnya kita akan memproses data tersebut menggunakan korelasi parsial dengan cara: pada menu toolbar paling atas pilih menu Analyze---> Correlate ---> Partial, lalu klik sehingga muncul tampilan Partial Correlations. atau seperti gambar berikut:

8. Selanjutnya masukkan variabel prestasi belajar dan variabel IQ siswa ke dalam kotak Variables:. Sedangkan variabel Motivasi Belajar dimasukkan kedalam kotak Controlling for:.
9. Pada bagian Test of Significance pilih Two-tailed dan centang display actual significance level. karena kita akan menggunakan uji dua sisi
10. Lalu pilih Options: pada bagian statistics centang Zero-order correlations. pada bagian Missing Values pilih Exclude cases pairwise. karena variabel berpasangan. selanjutnya tekan kontinue. atau dapat dilihat seperti gambar berikut:
11. Langkah terakhir tekan OK

Analisis
Bagian pertama
Hasil output pada bagian pertama (-none-a) sebelum digunakan korelasi parsial atau tanpa variabel kontrol menunjukkan bahwa prestasi belajar dan IQ siswa diperoleh nilai korelasi sebesar 0.587 dan nilai significance (2-tailed) diperoleh 0.002. selanjutnya tinjau tabel statistik yaitu tabel (r). Jumlah siswa 25 orang, berdasarkan tabel r kita menggunakan N-2 yaitu 25-2=23, pada tabel lihat baris ke 23 pada taraf signifikan 0.05 diperoleh 0.396. sedangkan nilai significance (2-tailed) < 0.05. Karena nilai korelasi 0.587 > 0.396 dan nilai signifikan 0.02 < 0.05. bagian ini tanpa ada variabel kontrol  tingkat keeratan hubungan antara prestasi belajar dengan IQ siswa nilainya tergolong kuat hubungannya.

Bagian kedua
Bagian kedua ini kita akan menggunakan variabel kontrol yaitu motivasi belajar. variabel tersebut berpengaruh atau tidak terhadap prestasi belajar dan IQ siswa, dalam hal ini koefesien korelasi antara prestasi dan IQ siswa diperoleh nilai 0.521 dan nilai significance (2-tailed) diperoleh 0.009. Sebelum menggunakan tabel (r), perhatikan terlebih dahulu jumlah siswa dan degrees of freedom (df atau derajat kebebasan) yaitu: df = N-k-1, artinya N=jumlah siswa, k=jumlah variabel, maka df= 25-2-1 = 22. Selanjutnya kita akan mencari nilai r tabel yaitu: dapat dicari pada baris ke 22 dan taraf signifikan 0.05 diperoleh 0.404, dan nilai significance (2-tailed) < 0.05. Karena nilai 0.521 > 0.404 dan nilai signifikan 0.009 < 0.05. dapat diketahui korelasinya atau hubungannya kuat

Kesimpulan
Motivasi belajar atau dengan menerapkan model koopertaif merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya prestsi belajar dan IQ siswa, dalam hal ini dapat dijelaskan dari hasil perhitungan yaitu tingkat keeratan hubungan antara prestasi belajar dan IQ siswa adalah sangat berpengaruh atau hubungannya kuat.