OPTIMISME

Bacaan Selanjutnya ...
OPTIMISME

Optimisme merupakan salah satu aspek kepribadian yang penting pada seseorang. Optimisme membuat individu mengeatahui apa yang diinginkan dan cepat mengubah diri agar mudah menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi.
A.    PENGERTIAN OPTIMISME
Menurut Segerestrom (1986) optimisme adalah cara berpikir yang positif dan realistis dalam memandang suatu masalah. Berpikir positif adalah berusaha mencapai hal terbaik dari keadaan buruk. Optimisme dapat membantu meningkatkan kesehatan secara psikologis, memiliki peran perasaan baik, melakukan penyelesaian masalah dengan cara logis sehingga hal ini dapat meningkatkan kekebalan tubuh juga.
Lopes dan Synder (2003) berpendapat optimisme adalah suatu harapan yang ada pada individu bahwa segala sesuatu akan berjalan menuju ke arah kebaikan. Perasaan optimisme membawa individu pada tujuan yang diinginkan, yakni pada diri dan kemampuan yang dimiliki. Sikap optimisme menjadikan seseorang keluar dengan cepat dari permasalahan yang dihadapi karena adanya pemikiran dan perasaan memiliki kemampuan. Juga didukung anggapan bahwa setiap orang memiliki keberuntungan sendiri-sendiri.
Scheir and Carver63 menyatakan optimisme dapat dipastikan membawa individu ke arah kebaikan kesehatan karena adanya keinginan untuk tetap menjadi orang yang ingin menghasilkan sesuatu (produktif) dan ini tetap dijadikan tujuan untuk berhasil mencapai yang diinginkan. Individu tersebut dapat dengan cepat mengibah diri agar mudah menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi sehingga diri tidak menjadi kosong.  Individu yang optimis diibaratkan seperti gelas yamg penuh, sedangkan individu yang pesimis sebagai gelas kosong yang tidak memiliki apa-apa di dalamnya. Orang pesimis kurang memiliki kepastian untuk memandang masa depan dan selalu hidup di dalam ketidakpastian dan merasa hidup tidak berguna.
Seligman (1991) menyatakan optimisme adalah suatu pandangan secara menyeluruh, melihat hal yang baik, berpikir positif, dan mudah memberikan makna bagi diri. Individu yang optimis mampu menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari yang telah lalu, tidak takut pada kegagalan, dan berusaha untuk tetap bangkit mencoba kembali bila gagal. Optimisme mendorong individu untuk selalu berpikir bahwa sesuatu yang terjadi adalah hal yang terbaik bagi dirinya. Hal ini yang membedakan dirinya dengan orang lain.
Belsky (1999) berpendapat bahwa optimisme adalah menemukan inspirasi baru. Kekuatan yang dapat diterapkan dalam semua aspek kehidupan sehingga mencapai keberhasilan. Optimisme membuat individu memiliki energi tinggi, bekerja keras untuk melakukan hal yang penting. Pemikiran optimisme memberi dukungan pada individu menuju hidup yang lebih berhasil dalam setiap aktivitas. Dikarenakan orang yang optimis akan menggunakan semua potensi yang dimiliki, sedangkan menurut Myers (1999) optimisme menunjukkan arah dan tujuan hidup yang positif, menyambut datangnya pagi dengan sukacita, membangkitkan kembali rasa percaya diri ke arah yang lebih realistik, dan menghilangkan rasa takut yang selalu menyertai individu. Pemikiran optimis menentukan individu dalam menjalani kehidupan, memecahkan masalah, dan penerimaan terhadap perubahan baik dalam menghadapi kesuksesan maupun kesulitan dalam hidup. 64
Berbeda dengan pandangan di atas, Goleman (1996) melihat optimisme melalui titik pandang kecerdasan emosional, yakni suatu pertahanan diri pada seseorang agar jangan sampai terjatuh ke dalam masa kebodohan, putus asa, dan depresi bila mendapat kesulitan. Dalam menerima kekecewaan, individu yang optimis cenderung menerima dengan respons aktif, tidak putus asa, merencanakan tindakan ke depan, mencari pertolongan dan melihat kegagalan sebagai sesuatu yang harus diperbaiki.
Berdasarkan uraian defenisi yang telah disebutkan di atas, amaka dapat disimpulkan bahwa optimisme adalah adanya ‘kecenderungan pada individu untuk memandang segala sesuatu hal dari sisi dan kondisi keberuntungan sendiri.


63. K.A Mathew, B.B Gump, dan J.F Owens, “ Chronic Stress Influences Cardiovascular and Neuoroendocrine Responsess During Acute Stress and Recovery, Especially in Men”, dalam Journal of Health Psychology, Vol 20, No.6, (2001), hlm.4003-410.
64. Carver dan Scheiver dalam Lopez, J.S dan Synder. R.C.,Positive Psychologycal Assesment. A Hand Book Of Models and Measurement, (Americant Psychological Associations : Washington DC,2003)

B.     ASPEK-ASPEK OPTIMISME

            Seligman (1991) mendeskripsikan individu-individu yang memiliki sifat optimis akan terlihat pada aspek-aspek tertentu seperti di bawah ini.
1.      Permanent adalah individu selalu menampilkan sikap hidup ke arah kematangan dan akan berubah sedikit saja dari biasanya dan ini tidak bersifat lama.
2.      Pervasive artinya gaya penjelasan yang berkaitan dengan dimensi ruang lingkup, yang dibedakan menjadikan spesifik dan universal.
3.      Personalization meruapakan gaya penjelasan yang berkaitan dengan sumber penyebab dan dibedakan menjadi internal dan eksternal.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek individu yang optimis adalah permanent, pervasive, dan personalization.

C.    CIRI-CIRI INDIVIDU YANG OPTIMIS
            Robinson dkk. (1997) menyatakan individu yang memiliki sikap optimis jarang menderita depresi dan lebih mudah mencapai kesuksesan dalam hidup, memiliki kepercayaan, dapat berubah ke arah yang lebih baik, adanya pemikiran dan kepercayaan mencapai sesuatu yang lebih baik, dan selalu berjuang dengan kesadaran penuh. 65
McGinnis (1995) menyatakan orang-orang optimis jarang merasa terkejut oleh kesulitan. Mereka merasa yakin memiliki kekuatan untuk menghilangkan pemikiran negatif, berusaha meningkatkan kekuatan diri, menggunakan pemikiran yang inovatif untuk menggapai kesusksesan, dan berusaha gembira, meskipun tidak dalam kondisi bahagia.
Scheiver dan Carter66 menegaskan bahwa individu yang optimis akan berusaha menggapai pengharapan dengan pemikiran positif, yakin akan kelebihan yang dimiliki. Individu optimisme biasa bekerja keras menghadapi stress dan tantangan sehari-hari secara efektif, berdoa dan mengakui adanya faktor keberuntungan dan faktor lain yang turut mendukung keberhasilannya.
Individu yang optimis memiliki impian untuk mencapai tujuan, berjuang dengan sekuat tenaga, dan tidak ingin duduk berdiam diri menanti keberhasilan yang akan diberikan oleh orang lain. Individu optimis ingin melakukan sendiri segala sesuatu dan tidak ingin memikirkan ketidakberhasilan sebelum mencoba. Individu yang optimis berpikir yang terbaik, tetapi juga memahami untuk memilih bagia masa yang memang dibutuhkan sebagai ukuran untuk mencari jalan.

65. Dalam E.P Seligman dan Martin, The Optimistic Child, A Program That Safeguards Children Againts Depression Builds Lifelong Resilience,(1995)
66.Op.Cit


Sumber Buku: Ghufron M. Nur & Risnawati Rini S. 2010. Teori-Teori Psikologi.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media